Sabtu, 06 Maret 2021

SHOLAWAT Wahidiyah

Dalam Proses

Solawat_Wahiidiyyah
SHALAWAT WAHIDIYAH

(Boleh diamalkan oleh siapa saja laki-laki, perempuan, tua, muda, dari golongan dan bangsa manapunjuga tidak pandang bulu. )

CARA PENGAMALAN

1. Diamalkan selama 40 hari berturut-turut. Tiap hari paling sedikit menurut bilangan yang tertulis di belakangnya dalam sekali duduk. Boleh pagi, siang, sore, atau malam hari. Boleh juga dipersingkat 7 hari, akan tetapi bilangan-bilangan tersebut dilipatkan 10 kali. Boleh mengamalkan sendiri-sendiri. Akan tetapi dengan berjamaah bersama-sama satu keluarga atau satu kampung sangat dianjurkan. Bagi kaum wanita yang sedang bulanan, cukup dengan membaca Shalawat saja, tidak usah membaca fatihah. Adapun bacaan “FAFIRRUU ILALLAH” dan “WA QUL JAA-AL HAQQUU ...” boleh dibaca sebab disini tidak dimaksudkan membaca ayat-ayat Al-Qur’an, melainkan sebagai doa. Sesudah 40 hari atau 7 hari pengamalan diteruskan tiap hari,dan banyaknya bilangan boleh dikurangi, ditetapkan atau ditambah, sebagian atau seluruhnya. Akan tetapi lebih utama jika diperbanyak.
2. Bagi mereka yang belum hafal boleh dengan membaca. Dan bagi yang belum bisa membaca seluruhnya, sambil mempelajari, boleh dan cukup membaca bagian mana yang sudah ia dapati lebih dahulu. Yang paling gampang yaitu membaca “YAA SAYYIDII YAA ROSULULLAH” diulang-ulang selama kira-kira sama waktunya dengan mengamalkan seluruhnya. Yaitukurabf lebih 35 menit. Jika itupun misalnya terpaksa belum mungkin, boleh berdiam saja selama waktu itu dengan memusatkan segenap perhatian, mengkonsentrasikan diri sekuat-kuatnya kepada Allah SWT dan merasa seperti berada dihadapan Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW dengan adab lahir batin yakni ta’dhim (memulyakan) dan mahabbah (mencinta) setulus hati!.
3. Mengamalkan harus dengan niat semata-mata beribadah kepada Allah dengan ikhlas tanpa suatu apapun. Baik pamrih duniawi maupun pamrih ukhrowi misalnya supaya begini, supaya begitu, ingin pahala, ingin surga dan sebagainya!. Harus sungguh-sungguh mulus, IKHLAS KARENA DAN UNTUK ALLAH-LILLAH!. Disamping niat beribadah LILLAH, supaya niat mengikuti tuntunan Rosululloh SAW = LIRROSUL, dan niat mengikuti bimbingan Ghoutsu Hadzaz Zaman rodliyAllahu ‘anh. = LILGHOUTS!. Jadi ketiga niat dilaksakan bersama yaitu : LILLAH, LIRROSUL, LILGHOUTS!.
4. disamping niat LILLAH, LIRROSUL, LILGHOUTS seperti di atas supaya merasa bahwa kita dapat melakukan ini semua karena pertolongan Allah, karena digerakkan oleh Allah. Jadi menerapkan :
لاحولا ولا قوة إلا بالله
“Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan titah Allah”.

Jangan sekali-kali merasa diri kita mempunyai kemampuan tanpa dititah oleh Allah!.

Disamping merasa BILLAH, juga supaya merasa BIRROSUL. Artinya merasa bahwa diri kita ini menerima jasa dari Rosul Rosululloh SAW. Jadi menerapkan firman Allah SWT:

وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين {الأنبياء : ۱۰٧}
“Dan tiada AKU mengutus Engkau Muhammad melainkan rahmat bagi seluruh alam”. (Al-Anbiya : 107).

Selanjutnya disamping merasa BILLAH dan BIRROSUL supaya merasa BILGHOUTS!. Artinya merasa bahwa kita memperoleh jasa-jasa baik dari Ghoutsu Hadzaz Zaman rodliyAllahu ‘anh jasa moril antara lain berupa dukungan moril dan doa restu dari pada beliau, khususnya di dalam kita berdoa memohon kepada Allah SWT ini!.
5. ketika mengamalkan supaya sungguh-sungguh hudlur hati kita dihadapan Allah SWT dan “ISTIHDLOR” merasa seolah-olah seperti benar-benar berada dihadapan Rosululloh SAW dengan adab lahir batin sebaik-baiknya, ta’dhim (memulyakan) dan mahabbah (mencinta) setulus hati. Dalam pada itu supaya merasa dan mengakui dengan jujur bahwa diri kitaini penuh berlumuran dosa dan senantiasa berlarut-larut!. Dosa kepada Allloh SWT, dosa kepada Rosululloh SAW, dosa kepada Ghouts Hadzaz Zaman dan kepada para Auliya kekasih Allah, dosa kepada orang tua, kepada ibu bapak, kepada keluarga, kepada guru, kepada murid, kepada pemimpin dan kepada yang dipimpin, dosa kepada bangsa dan negara, dosa kepada ummat dan masyarakat bahkan terhadap sesame makhluk pada umumnya. Dan merasa diri kita ini sangat dlo’if sangat lemah, butuh sekali maghfiroh dan ampunan, taufiq dan hidayah Allah, butuh sekali syafa’at dan pertolongan dan tarbiyah Rosulullah SAW. Butuh sekali akan bantuandan dukungan dari Ghoutsu Hadzaz Zaman RA berupa barokah, nadroh dan doa restunya.

Mari kita praktekkan!
بسم الله الرمحن الرحيم
إلى حضرة سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم الفاتحة x٧
(Membaca surat Al-Fatihah 7 kali)
وإلى حضرة غوث هذا الزمان وسائر أولياء الله تعالى عنهم الفاتحة x٧
(Membaca surat Al-Fatihah 7 kali)

Kemudian langsung membaca :
الللهم ياواحد ياأحد، ياواجد ياجواد، صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد، فى كل لمحة ونفس بعدد معلومات الله وفيوضاته وأمداده x۱۰۰
Terjemahan :
“Yaa Allah, yaa Tuhan Maha Esa, yaa Tuhan Maha Satu, yaa Tuhan Maha Menentukan, yaa Tuhan Maha Pelimpah, limpahkanlah Shalawat salam barokah atas Junjungan kami Kanjeng Nabi Muhammad dan atas Keluarga Kanjeng Nabi Muhammad pada setiap berkedipnya mata dan naik turunnya nafas sebanyak bilangan segala yang Allah Maha Mengetahui dan sebanyak kelimpahan pemberian dan kelestarian pemeliharaan Allah”.

اللهم كما أنت أهله، صل وسلم وبارك على سيدنا ومولانا وشفيعنا وحبيبنا وقرة أعيننا محمد صلى الله عليه وسلم كما هو أهله، نسألك اللهم بحقه أن تغرقنا فى لجة بحر الوحدة حتى لانرى ولانسمع ولانجد ولانحس ولانتحرك ولانسكن إلابها، وترزقنا تمام مغفرتك ياالله وتمام نعمتك ياالله وتمام معرفتك ياالله وتمام محبتك ياالله رضوانك ياالله، وصل وسلم وبارك عليه وعلى آله وصحبه، عدد ماأحاط به علمك وأحصاه كتابك برحمتك ياأرحم الراحمين والحمد لله رب العالمين x٧

Terjemahan :
“Yaa Allah, sebagaimana keahlian ada pada-Mu, limpahkanlah Shalawat salam barokah atas Junjungan kami, Pemimpin kami, Pemberi syafaat kami, kecintaan kami dan Buah – Jantung – Hati kami Junjungan Nabi Muhammad shollahu ‘alaihi wassalam yang sepadan dengan keahlian. Beliau; kami bermohon kepada-Mu yaa Allah, deng Hak Kemulyaan Beliau, tenggelamkanlah kami di dalam pusar dasar samodra Ke-Esaan-MU sedemikian rupa sehingga tiada kami melihat dan mendengar, tiada kami menemukan dan merasa, dan tiada kami bergerak ataupun berdiam, melainkan senantiasa merasa di dalam Samodra Tauhid-MU dan kami bermohon kepada-MU yaa Allah, limpahilah kami ampunan-Mu yang sempurna yaa Allah, nikmat karunia-MU yang sempurnayaa Allah, sadar ma’rifat kepada-MU yang sempurna yaa Allah, cinta kepadaku dan kecintaan-MU yang sempurna yaa Allah, ridlo kepada-MU serta memperoleh ridlo-MU yang sempurna pula yaa Allah. Dan sekali lagi yaa Allah, limpahkanlah Shalawat salam dan barokah atas Beliau Kanjeng Nabi dan atas Keluarga dan Sahabat Beliau sebanyak bilangan segala yang diliputi oleh Ilmu-Mu yang termuat di dalam kitab-Mu; dengan Rahmat-Mu yaa Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dab segala puji bagi Allah Tuhan Seru Sekalian Alam”.

ياشفع الخلق الصلاة والسلام * عليك نور الخلق هادى الأنام
وأصله وروحه أدركنى * فقد ظلمت أبدا وربنى
وليس لى ياسيدى سواكا * فإن ترد كنت شخصا هالكا x٣

ياسيدى يارسول الله x٧

Terjemahan :
“Duhai Kanjeng Nabi Pemberi syafa’at makhluq,
Kepangkuan-MU Shalawat dan salam kusanjungkan,
Duhai Nur cahaya makhluq, Pembimbing manusia;
bimbing, bombing dan didiklah diriku,
sungguh aku manusia yang dholim selalu;
Tiada arti diriku tanpa Engkau duhai yaa Sayyidii.
Jika Engkau hindari aku, keterlaluan berlarut-larutku
pastilah, pastilah, pasti kuhancur binasa!”.

“Duhai Pemimpin kami, duhai Utusan Allah!”.

ياأيها الغوث سلام الله * عليك ربنى بإذن الله
والنظر إلى سيدى بنظرة * موصلة للحضرة العلية x٣

Terjemahan :
“Duhai Ghoutsu Zaman,kepangkuan-Mu salam Allah kuhaturkan; bombing dan didiklah diriku dengan idzin Allah; Dan arahkan pancaran sinar Nadroh-Mu kepadaku yaa Sayyidi,
Radiasi batin yang mewushulkan aku,
Sadar ke hadirot Maha Luhur Tuhanku”.

ياشفع الخلق حبيب الله * صلاته عليك مع سلامه
ضلت وضلت حيلتى فى بلدتى * خد بيدى ياسيدى والأمة x٣

ياسيدى يارسول الله x٧

Terjemahan :
“ Duhai Kanjeng Nabi Pemberi Syafa’at makhluq,
Duhai Kanjeng Nabi Kekasih Allah,
Kepangkuan-Mu Shalawat dan salam Allah kusanjungkan;
“Jalanku buntu, usahaku tak menentu,
Cepar, cepat, cepar raihlah tanganku yaa Sayyidii,
Tolonglah diriku dan seluruh ummat ini!”.

“Duhai Pemimpin kami, duhai utusan Allah!”.

ياربنا اللهم صل وسلم * على محمد شفيع الأمم
والآل واجعل الأنام مسرعين * بالواحدية لرب العالمين
ياربنا اغفر يسرافتح واهدنا * قرب وألف بيننا ياربنا x٣

Terjemahan :
“ Yaa Tuhan kami yaa Allah, limpahkanlah Shalawat dan salam atas Kanjeng Nabi Muhammad pemberi syafa’at ummat dan atas Keluarga Beliau;

dan jadikanlah ummat manusia cepat – cepat lari, lari kembali mengabdikan diri dan sadar kepada Tuhan Semesta Alam.

Yaa Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, permudahkanlah segala urusan kami, bukakanlah hati dan jalan kami, dan tunjukilah kami, pereratlah persaudaraan dan persatuan di antara kami, yaa Tuhan kami!”.
اللهم بارك فيما خلقت وهذه البلدة ياالله وفى هذه المجاهدة ياالله x٧

Terjemahan :
“Yaa Allah, limpahkanlah berkah di dalam segala makhluq yang Engkau ciptakan dan di dalam negeri ini yaa Allah, dan di dalam Mujahadah ini yaa Allah!”.
إستغراق
Yang dimaksud ialah : diam tidak membaca apa-apa. Segala perhatian tertju hanya kepada Allah!. Bukan membayangkan lafal “ALLAH”, tetapi kepada Allah – Tuhan!. Pendengaran, perasaan, ingatan, pikiran, penglihatan dan ….. pokoknya segala-galanya dikonsentrasikan kepada Allah!.
Lain-lain tidak menjadi acara!. Hanya Allah! Titik!.

Lsmsnys istighroq tidak ada batasan, menurut kemampuan masing-masing. Istighroq diakhiri dengan membaca Surat Al-Fatihah satu kali.

Kemudian membaca doa seperti di bawah ini :
بسم الله الرحمن الرحيم. اللهم بحق إسمك الأعظم، وبجاه سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وببركة غوث هذا الزمان واعوانه وسائر أوليائك ياالله، ياالله، ياالله رضى الله تعالى عنهم x٣. بلغ جميع العلمين نداءنا هذا واجعل فيه تأثيرا بليغا x٣. فإنا على كل شيئ قدير، وبالإجابة جدير x٣. ففروا إلى الله x٧. وقل جاء الحق وزهق الباطلط إن الباطل كان زهوقا x٣. الفاتحة !

Terjemahan :
“ DEngan Asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. Yaa Allah, dengan Hak Kebesaran Asma-Mu dan dengan kemulyaan serta keagungan Kanjeng Nabi Muhammad sholAllahu ‘alaihi wasallam, dan dengan barokahnya Ghoutsu Haadza Zaman wa A’waanihi serta segenap Auliya Kekasih-Mu yaa Allah, yaa Allah, yaa Allah rodliyAllahu Ta’ala ‘anhum sampaikanlah seruan kami ini kepada jamii’al ‘alimiin dan letakkanlah kesan yang merangsang di dalamnya. Maka sesungguhnya Engkau Maha Kuasa berbuat segala sesuatu dan Maha Ahli memberi ijabah!”.

“FAFIRRUU ILALLAH !” = Larilah kembali kepada Allah !

“WA QUL JAA-AL HAQQU WA ZAHAQOL BAATHIL INNAL BAA THILA KAANA ZAHUQO” = dan katakanlah (wahai Muhammad) perkara yang haq telah dating dan musnahlah perkara yang batal; sesungguhnya perkara yang batal itu pasti musnah”.

“AL-FAATIHAH!” (Membaca Surat Al-Fatihah satu kali).

KETERANGAN :
1. Kalimah “ FAFIRRUU ILALLAH” dan “WA QUL JAA-AL HAQQU ….” Dibaca bersama-sama imam dan makmum. Dirinya sendiri terutama supaya dirasa takut termasuk didalamnya ajakan itu dengan getaran hati yang kuat.
2. “FAFIRRUU ILALLAH” maksudnya, mengajak secara bathiniyah agar supaya kita dan masyarakat kembali mengabdikan diri dan sadar kepada Allah wa Rosuulihi SAW. Secara umum yaitu dengan menjalankan hal-hal yang diridloi Allah wa Rosuulihi SAW, meninggalkan perbuatan-perbuatan yang merugikan, merugikan diri pribadi dan keluarga serta masyarakat!.
3. “WA QUL JAA-AL HAQQU ….” Maksudnya, memohon semoga perbuatan dan akhlaq-akhlaq yang jahat yang merugikan ummat dan masyarakat segera diganti oleh Allah dengan akhlaq yang baik yang membuahkan manfaat dan menguntungkan ummat dan masyarakat yang diridloi Allah wa Rosuulihi SAW. Dan apabila memang sudah menjadi suratan takdir tidak bisa diperbaiki lagi, dari pada makin lama makin berlarut-larut makin hebat menimbulkan kerusakan dan kehancuran, lebih baik semoga lekas dimusnahkan saja! Ini adalah soal mental, bukan terhadap fisik!. Dan terutama kita arahkan untuk diri kita sendiri!.
4. Apabila pengamalan Shalawat Wahidiyah dijalankan secara berjamaah bersama-sama beberapa orang dan apabila situasi mengizinkan, sesudah membaca Surat Al-Fatihah yang terakhir semua jamaah diajak sekali lagi mengadakan panggilan “FAFIRRU ILALLAH” ……… dengan berdiri menghadap kea rah empat penjuru : arah barat, utara, timur dan selatan. Ini antara lain mengikuti apa yang pernah dilakukan oleh Nabi Ibrohim ‘ala Nabiyyinaa wa ‘alaihis sholatu wassalam ketika baru selesai membangun Ka’bah yang juga berdiri ke arah empat penjuru memanggil ummat dan masyarakat. Sikap badan tegak berdiri, pandangan lurus ke depan, dan kedua tangan lurus ke bawah di samping paha kanan kiri. Pandangan batin dengan getaran hati yang kuat diarahkan kepada jami’il ‘alamin mulai dari pribadi kita masing-masing sampai notog jagad arah yang kita hadapi, mengelilingi jagad di bawah kita jagad di belakang kita kembali kepada diri kita lagi.

Nida’ panggilan pada tiap arah tersebut ialah :
AL-FATIHAH ! (Membaca Surat Al-Fatihah satu kali).
FAFIRRU ILALLAH ( 3 kali )
WA QUL JAA-AL HAQQU ….. ( satu kali )

Sesudah arah selatan, menghadap kembali seperti ketika kita duduk tetapi masih tetap berdiri kemudian membaca :
AL-FATIHAH ! ( satu kali )
YAA SYAFI’AL KHOLQIS – SHOLAATU ….. dilagukan ( satu kali )
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLAH ! ( tiga kali )
YAA AYYUHAL GHOUTSU ….. dilagukan ( satu kali )
AL-FATIHAH ! ( satu kali )

Nida’ panggilan dengan berdiri seperti di atas juga boleh dilakukan sendiri sekalipun tidak dengan berjamaah.

==
SHALAWAT

A. DASAR DAN HUKUMNYA MEMBACA SHALAWAT

Dasar mengamalkan atau membaca Shalawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad shollaalohuu ‘alaihi wasallam adalah firman Allah dalam surat Al-Ahzab Ayat 56 :
إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما {الأحزاب : ۵٦}
Artinya kurang lebih :
“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya membaca Shalawat kepada Nabi (SAW) : wahai orang-orang yang beriman bacalah Shalawat dan sampaikan salam sebaik-baiknya kepada-Nya (Nabi SAW)”.

Shalawat dari Allah kepada Kanjeng Nabi SAW berupa penambahan rohmah dan kemulyaan (rohmah ta’dhim), sedangkan yang kepada selainnya Kanjeng Nabi SAW berupa rohmah dan magfiroh (kasih sayang dan ampunan).

Adapun Shalawatnya para malaikat yang kepada Kanjeng Nabi SAW, berupa permohonan rohmah dan magfiroh.
Mengenai kedudukan hukumnya membaca Shalawat, ada beberapa pendapat dari para ulama. Ada yang mengatakan wajib bil ijmal, ada yang mengatakan wajib satu kali semasa hidup, dan ada yang berpendapat sunnah muakkad. Akan tetapi membaca Shalawat pada tahiyyat akhir dari sembahyang hukumnya wajib oleh karena sudah menjadi rukun dari pada sholat.
Bagi kita para pengamal Shalawat Wahidiyah pada umumnya kita kaum mukminin dan kaum muslimin, di samping.memperhatikan pendapat para ulama tentang kedudukan hukumnya membaca Shalawat seperti di atas, yang penting lagi adalah menyadari dengan konsekwen bahwa membaca Shalawat kepada Nabi SAW, merupakan kewajiban moral dan keharusan budi nurani tiap-tiap manusia lebih-lebih kita kaum mukminin. Sebab, pertamakits diperintah membaca Shalawat seperti pada ayat tersebut di atas. Kedua, kita semua berhutang budi kepada Kanjeng Nabi SAW yang tidak terhitung banyak dan besarnya, dlohiron wa batinan syar'’an wa haqiqotan. Faedah dan manfaat membaca Shalawat kembali kepada yang membaca. Malah di samping si pembaca sendiri, keluarganya, masyarakatnya, dan bahkan makhluk-makhluk lain ikut merasakan manfaat dan barokahnya bacaan Shalawat. Manfaat dan barokah yang luas sekali, baik untuk kepentingan di dunia maupun kepentingan di akhirat. Manfaat lahir dan manfaat batin, manfaat materiil dan manfaat spiritual. Junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad SAW sendiri tidak berkepentingan tergantung kepada bacaan Shalawat para ummat. Adanya perintah membaca Shalawat justru manfaatnya kembali kepada ummat, untuk mengangkat derajat para ummat, untuk meningkatkan iman, taqwa dan mahabbah para ummat kepada Allah wa Rosuulihi SAW.

B. FAEDAH DAN MANFAAT MEMBACA SHALAWAT

Ada banyak sekali sabda Hadits Rosuullulloh SAW menerangkan fadhilah keutamaan dan manfaatnya membaca Shalawat. Juga banyak hadits yang memberi peringatan dan bahkan kecaman terhadap mereka yang lengah kurang perhatian terhadap membaca Shalawat. Hadits-hadits tersebut antara lain seperti di bawah ini :
(۱) قال صلى الله عليه وسلم : من صلى على صلاة واحدة صلى الله عليه عشرا ومن صلى على عشرا صلى الله عليه مائة، ومن صلى على مائة كتب الله بين عينيه براءة من النفاق وبراءة من النار وأسكنه يوم القيامة مع الشهداء. رواه الطبرانى عن انس ابن مالك رضى الله عنه.
(1). Bersabda Rosulullah SAW :
“ Barang siapa membaca Shalawat kepada-Ku satu kali, maka Allah membalas Shalawat kepadanya sepuluh kali; dan barang siapa membaca Shalawat kepada-Ku sepuluh kali, maka Allah membalas Shalawat kepadanya seratus kali; dan barang siapa membaca Shalawat kepada-Ku seratus kali, maka Allah menulis pada antara kedua matanya : “bebas dari munafik dan bebas dari neraka”, dan Allah menempatkannya besok pada Yaumul Qiyamah bersama-sama dengan para syuuhada”. (Riwayat Thobroni dari Anas bin Malik).
Betapa besarnya keuntungan yang dapat diperoleh dengan membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Satu kali dibalas sepuluh kali; sepuluh kali dibalas seratus kali; dan seratus kali membaca Shalawat dicatat dan dijamin bebas dari munafik dan bebas dari neraka, di samping digolongkan dengan para syuhada. Bahkan lebih daripada itu, Shalawat dari Allah bagi para hamba-Nya jauh lebih berharga, tidak dapat diperbandingkan dengan bacaan shalawat para hamba-Nya.
”Munafik” adalah mental yang sudah menjadi wabah masyarakat (mental epidemi). Jika tidak segera diadakan penanggulangan dan pengobatan pasti akan membawa kehancuran dan kesengsaraan ummat manusia. Sebab didalam sifat munafik itu tersimpan ”nuklir jahat” yang sangat besar potensialnya dan paling dahAsyat akibat kehancurannya. Lebih dahsyat dari pada bom nuklir di Hirosima. Energi potensialnya yang jahat itu tidak hanya bisa menghancurkan satu kota atau satu negara, tetapi bahkan mampu menghancurkan dunia seisinya !.
Firman Allah :
ظهر الغساد فى البر والبحر بما كسبت ايدى الناس ليذيقهم بعض الذى عملو العلهم يرجعون {الروم : 41}.
Artinya :
”Telah nampak keruasakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka. Agar mereka kembalio ke jalan yang benar. (Ar-Ruum : 41).

Yakin akan kebenaran sabda Hadist di atas, kita sebagai orang mukmin seharusnya berani dengan konsekwen menjadikan bacaan sholawat kepada Nabi SAW sebagai ”resep obat penyakit munafik” yang bersarang di dalam hati kita masing-masing. Kita dan keluarga kita. Bahkan bagi kita dan bagi ummat masyarakat.
قال صلى الله عليه وسلم : أجل، أتانى آت من ربى فقال : من صلى عليك من أمتك صلاة كتب الله له بها عشر حسنات ومحا عنه عشر سيئات ورفع له عشر درجات ورد عليه مثلها. رواه الامام احمد عن ابى طلحة الانصارى

Bersabda Rasulullah SAW :
“Ya benar, telah datang kepada-Ku seorang pendatang dari Tuhan-Ku kemudian berkata : “barang siapa di antara ummatt-Mu membaca sholawat kepada-Mu satu sholawat, maka sebab bacaan sholawat tadi Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan, dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan, dan Allah membalas sholawat kepadanya sepadan dengan sholawat yang ia baca”. (Hadist riwayat Imam Ahmad).

Dengan hadist di atas itu seharusnya lebih mantap perhatian kita terhadap membaca sholawat kepada Nabi SAW. di situ disebutkan sebagai amal kebagusan, sebagai penghapus keburukan dan sebagai pengangkat derajat si pembaca sholawat. Derajat di sini dan menurut pandangan Allah.
قال صلى الله عليه وسلم : إن أولى الناس بى يوم القيامة أكثرهم على صلاة. رواه الترمذى عن ابن مسعود. حديث حسن.
Bersabda Rasulullah SAW :
“ Sesungguhnya paling utamanya manusia di sisi-Ku besok pada hari kiamat ialah mereka yang paling banyak membaca sholawat kepada-Ku”. (Hadist Hasan riwayat Tirmudzi dari Ibnu Mas’ud).

Setiap ummat Muhammad SAW, tentu ingin dirinya berada dekat dengan Rasulullah SAW lebih-lebih besok pada Yaumul Qiyamah. Adakah kita sudah konsekwen dengan keinginan itu? Artinya lalu usaha bagaimana agar supaya kita berada dekat dengan Rasulullah SAW?. marilah kita perhatikan sabda Hadist di bawah ini !
قال صلى الله عليه وسلم : أكثركم على صلاة أقربكم منى غدا ذكره صاحب الدر المنظم { سعادة الدارين : 58}.
Bersabda Rasulullah SAW :
“Yang paling banyak di antara kamu sekalian membaca sholawat kepada-Ku, dialah paling dekat dengan Aku besok di hari kiamat “ (Dari kitab Sa’aadatud – Daaroini hal. 58).
Sekalipun hadist tesebut menggunakan kalam khobar, akan tetapi tekanannya adalah kalam insyak yang memberi jaminan atau garansi.
قال صلى الله عليه وسلم : صلوا على فإن الصلاة على كفارة لكم وزكاة ومن صلى على مرة صلى الله عليه عشرا. رواه ابن عاصم عن انس.
Bersabda Rasulullah SAW :
“Bacalah kamu sekalian sholawat kepada-Ku, maka sesungguhnya bacaan sholawat kepada-Ku itu menjadi penebus dosa dan pembersih bagi kamu sekalian dan barang siapa membaca sholawat kepada-Ku satu kali, Allah memberi sholawat kepadanya sepuluh kali”. (HR. Ibnu Abi “Ashim dari Anas bin Malik).

Dari hadist tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca sholawat kepada Nabi SAW, berfungsi istigfar dan memperoleh jaminan magfiroh dari Allah SWT.
قال صلى الله عليه وسلم : أكثروا الصلاة على فإنصلاتكم على مغفرة لذنوبكم واطلبوالى الدرجة والوسيلة ... الحديث. رواه ابن عساكر عن الحسن بن علي رضى الله عنهما.

Bersabda Rasulullah SAW :
“Pebanyaklah membaca sholawat kepada-Ku; maka sesungguhnya bacaan sholawat kamu sekalian itu merupakan magfiroh atas dosa-dosa kamu sekalian, dan carilah wasilah kepada-Ku …. (HR. Ibnu ‘Asakir dari Hasan bin Ali r.a).
قال صلى الله عليه وسلم : صلاتكم على محرزة لدعائكم ومرضاة لربكم وزكاة لأعمالكم. رواه الديلمى عن على كرم الله وجهه.
Bersabda Rasulullah SAW :
”Sholawat kamu sekalian kepada-Ku itu merupakan pengawal bagi kamu sekalian dan memperoleh keridhoan Tuhan-mu, dan merupakan pembersih amal-amal kamu sekalian”. (HR. Dailami dari Sayyidina ’Ali Karromallahu Wajhah).
قال صلى الله عليه وسلم : الدعاء كله محجوب حتى يكون اوله ثناء على الله عز وجل وصلاة على النبى صلى الله عليه وسلم ثم يدعو فيستجاب لدعائه. رواه النسائى عن عبد الله بن بسر.
Bersabda Rasulullah SAW :
“Doa segala macamnya itu terhijab (terhalang / tertutup), sehingga permulaan berupa pujian kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan sholawat kepada Nabi SAW kemudian berdoa maka doa itu diijabi”. (HR. Imam Nasaa’i).

Dari hadist tersebut jelas bahwa sholawat kepada Nabi SAW, merupakan “kunci pembuka pintu hujabnya” doa hamba kepada Allah dan menjadi jaminan terkabulnya sesuatu doa. Dengan kata lain doa kepada Allah SWT yang tidak disertai atau yang tidak mengandung sholawat Nabi SAW tidak bisa sampai kepada Allah. jangankan dikabulkan.
قال صلى الله عليه وسلم : من صلى على فى كل يوم مائة مرة قضى الله له مائة حاجة، سبعين منها لآخرته وثلاثين منها لدنياه. اخرجه ابن منده عن جابر رضى الله عنه.
Bersabda Rasulullah SAW :
“Barang siapa membaca sholawat kepada-Ku tiap hari seratus kali, maka Allah mendatangkan baginya seratus macam hajat kebutuhannya; yang 70 macam untuk kepentingannya di akhirat, dan yang 30 macam untuk kepentingannya di dunia”. (Dikeluarkan oleh Ibnu Mundih dari Jabir RA).

Sudah barang tentu kita tidak boleh menyalahgunakan hadist tersebut dengan menganggap cukup meperbanyak membaca sholawat saja dan tidak usaha atau ikhtiar soal-soal yang kita diwajibkan usaha atau ikhtiar. Sama sekali tidak boleh. Suu-ul adab dan beritikad buruk. Itikad buruk kepda Allah wa Rosulihi SAW!. kita diwajibkan usaha dan bekerja melaksanakan bidang-bidang yang menjadi tugas kewajiban kita dengan setepat mungkin dan sesempurna-sesempurnanya. Istilah di dalam Wahidiyah harus ”YUKTI KULLA DZII HAQQIN HAQQOH”.

Atas dasar hadist tersebut itulah antara lain di dalam pengamalan Sholawat Wahidiyah 40 hari ada bagian sholawat yang harus dibaca 100 kali yaitu sholawat yang pertama ”ALLOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD ... ” dengan demikian tidak perlu diragukan bahwa banyak persoalan-persoalan problema hidup dan bermacam-macam hajat / kepentingan dikaruniai jalan keluar setelah mengamalkan Sholawat Wahidiyah selama 40 hari. Alhamdu lillah!.
قال صلى الله عليه وسلم : من صلى على فى يوم ألف مرة لم يمت حتى يرى مقعده من الجنة. رواه الضياء عن أنس ابن مالك.
Bersabda Rasulullah SAW :
“Barang siapa membaca sholawat kepada-Ku tiap hari seribu kali, dia tidak akan mati sehingga dia melihat tempatnya di surga”. (Dari Anas bin Malik).

Juga kita tidak boleh menyalahgunakan hadist tersebut di atas. Akan tetapi kita harus yakin kebenaran hadist tersebut dan seharusnya usaha meraslisir keyakinan kita itu demi meningkatkan iman dan takwa serta mahabbah kita kepada Allah wa Rasulihi SAW!.

C. KECAMAN TERHADAP ORANG YANG TIDAK MAU MEMBACA SHOLAWAT.
قال صلى الله عليه وسلم : من ذكرت عنده فلم يصل على فذاك ابخل الناس. رواه ابن أبى عاصم عن أبى ذر الغفارى.
Bersabda Rasulullah SAW :
“Barang siapa (mendengar) AKU disebut didekatnya dan tidak membaca sholawat kepada-Ku, maka dia itulah sebakhil-bakhilnya manusia”. (Riwayat Ibnu Abi ‘Ashim dari Abu Dzaarin Al-Ghiffari).
قال صلى الله عليه وسلم : لايرى وجهى ثلاثة انفس : العاق لوالديه وتارك سنتى ومن لم يصل على اذا ذكرت بين يديه. ذكر فى القول البديع عن عائشة رضى الله عنها مرفوعا.
Bersabda Rasulullah SAW :
“Tidak akan bisa melihat wajah-Ku tiga macam orang. Satu, orang yang durhaka kepada orang tuanya, nomor dua orang yang meninggalkan (tidak mengerjakan) Sunnah-Ku, dan ketiga orang yang tidak membaca sholawat kepada-Ku ketika (mendengar) Aku disebut didekatnya”. (Hadist Marfu’ dari Aisyah Rodliyallahu ’anha).

Maka dari itu setiap kita mendengar nama Kanjeng Nabi Muhammad atau disebut Rasulullah SAW, atau sebutan lain yang maksudnya adalah Kanjeng Nabi SAW, kita supaya selalu membaca sholawat!. Begitu juga seharusnya ketika kita membaca atau menulis!. Pada umumnya sholawat yang kita baca pada saat-saat seperti itu adalah sholawat yang pendek atau singkat, misalnya :
اللهم صل وسلم عليه : صلى الله على سيدنا محمد صلى الله عيله وسلم
Al-Mukarrom Romo KH. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah senantiasa menganjurkan supaya memperbanyak membaca “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH’ di manapun kita berada!. Dibaca lisan atau secara sirri dalam batin, melihat situasi dan kondisi!.
Dengan memperbanyak membaca ”YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH” alhamdulillah bertmbah banyak ingat kepada Rasulullah SAW, dan dengan demikian makin bertambah pula ingat kita kepada Allah SWT. Ingat kepada utusan, sepontan membawa ingat kepada Yang Mengutus.
قال صلى الله عليه وسلم : من ذكرت بين يديه ولم يصلى على صلاة تامة فليس منى ولا أنا منه. ثم قال صلى الله عليه وسلم : اللهم صل من وصلنى واقطع من لم يصلنى. عن أنس بن مالك.
Bersabda Rasulullah SAW :
“Barang siapa (mendengar) Aku disebut didekatnya dan tidak membaca sholawat kepada-Ku, maka dia bukan dari golongan-Ku, dan Akupun bukan dari golongan dia. Kemudian Rasulullah SAW, melanjutkan sabdanya (dalam bentuk doa) ”Yaa Allah, pertemukanlah orang yang suka berhubungan dengan Aku, dan putuskanlah (hubungan) orang yang tidak meu berhubungan dengan Aku”. (Diriwayatkan dari Anas bin Malik).

Marilah sabda-sabda hadist tersebut di atas kita jadikan untuk mengkoreksi pribadi kita masing-masing sampai seberapa dekat hubungan kita dengan Rasulullah SAW!.

قال صلى الله عليه وسلم : من صلى على فىى كتاب لم تزل الملائكة تستغفرون له مادام اسمى فى ذلك الكتاب. رواه الطبرانى عن ابى هريرة.

Bersabda Rasulullah SAW :
“Barang siapa bersholawat (menulis sholawat) kepada-Ku di dalam suatu kitab, maka para malaikat tiada henti-hentinya memohonkan ampunan baginya selama nama-Ku masih berada di dalam kitab tersebut”. (riwayat Tabroni dari Abi Hurairoh).

note : bagi yang berminat, halal di copas, di sebar dan di amalkan, Insyallah sangat besar manfaatnya
( bi idznillah )

Kamis, 12 Maret 2020

Perjuangan wahidiyah
*ياسيّدي يارسول اللّٰه*...
*ياسيّدي ياايهاالغوث*....
INILAH YANG DI PERJUANGKAN OLEH SHOLAWAT WAHIDIYAH
💞 *Hadirkan Hatimu Kpd Rosululloh Saw*💞
🌹 Mungkin bagi kita yg *ber-Ahlu Sunnah Wal Jama'ah* pasti mengetahui siapa Beliau *SYEKH ABDUL QODIR AL JAELANI QS WA RA*
🍁Bahkan mengaku *Penderek-Nya Beliau*.
🍒 _*Tetapi sayang sungguh seribu sayang*_..
🍒Ajarannya hanya _*sedikit yg mengetahuinya*_.

🌺Bahwa Beliau Syaikh Abdul Qodir Jailani _*menekankan kpd pendereknya,Agar dimanapun,kapanpun,dlm keadaan apapun,agar bersama dgn Beliau Rosululloh Saw*_.
🌾 _*Beliau menjelaskan didalam kitab Fathur Robbani hal:39 Dawuh Beliau*_:
" كونو في جميع أموركم بين يدي رسول اللّٰه "
🎁 _*Yg Artinya*_:
*Kuunuu*=Jadikanlah
*Fii jamii'i umuurikum*=Didlm semua urusanmu
*Baina yadai Rosuulillaah*:merasa dihadapan Rosuulalloh saw.
_*Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh*_...
🌺Maka jelas sudah, _*Beliau Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani menekankan kpd kita.kemanapun,dimanapun,ddalam keadaan apapun,harus merasa dihadapan Beliau Rosuululloh saw*_.
🌷Bekerja Dikantor,disawah,Makan,minum,dan apapun yg tidak dilarang oleh Alloh swt,harus merasa dihadapan Beliau Rosululloh saw.

🌺 _*Lantas pertanyaan kita*_..
💠Apakah boleh kita waktu sholat merasa dihadapan Beliau Rosululloh Saw?
🌷Sangat dianjurkan,bahkan harus dihadapan Beliau Rosululloh saw.
🌴Kan kita harus berhadapan dgn Alloh swt,kok berhadapan dgn Rosululloh?apakah itu perintah?
🌷 *jawab*:bahkan itu perintah dari Alloh swt,sebagaimana kita waktu Tahiyat awal dan Tasyahud Akhir,kita diperintah berhadapan dgn Beliau Saw,sebagaimana yg berbunyi:
" السّلام عليك ايّهاالنّبيّ ورحمة اللّٰه وبركاته."
"Assalaamu'alaika Ayyuhan-nabiyyu warohmatulloohi wa barokaatuh".
🌺Bahkan imam shufi besarpun *Beliau Imam Ghozali RA* menekankan kita harus berhadapan dgn Beliau Rosululloh Saw, *sebagaimana Dawuh Beliau*:
قبل قول السّلام " السّلام عليك ايّهاالنّبيّ..الخ.." احدر في قلبك النّبيّ وشخصه واليصد عملك
🌷 _*Yg_artinya*_:
"Apabila engkau sebelum membaca salam " assalaamu'alaika ...dst",Hadirkan hatimu kepada Beliau Kanjeng Nabi saw,dan bayangkan Beliau saw hadir dihadapanmu,dan kuatkan angan-anganmu untuk membayangkan Beliau Rosululloh saw.
🎀 _*Subhanalloh*_...
*Lantas pertanyaannya*..
🌼Sudahkah kita menghadirkan Beliau Saw waktu sholat?..
💠merasa berhadapan dgn Beliau?..
🌺Apabila kita sudah menghadirkan Beliau saw diwaktu sholat, _*Beliau imam Ghozali meneruskan Dawuh-Nya*_:
فإنّه يردّ عليك فيما اوفت
🌺 _*Maka sesungguhnya Beliau Saw akan menjawab salammu dgn jawaban salam yg sempurna*_.
*Subhanalloh*...
🌽Maka sgt pentingnya Beliau Saw kita bayangkan,kita sebut,kita angan-angan,dimanapun dan kapanpun,bahkan dlm keadaan apapun,karena Beliau Rosululloh saw sbg perantara kita untuk *SAMBUNG/(wushul) ke Hadirat Alloh swt*.tanpa Beliau saw maka kita akan ditolak oleh Alloh swt.
🌾 _*Sebagaimana Dawuh Beliau Syaikh Abdul Qodir Al-jailani*_:
اتّبع باالرّسول،حتّى انّ لهم الى المرشل والمرشل،وقرّبومنه
" _*ikutilah sllu Beliau Rosululloh saw (dimanapun,kapanpun,dlm keadaan apapun),maka engkau akan sllu dituntun menghadap Alloh swt,dan mendekatlah engkau semuanya kpd Beliau Saw*_".
🌵 _*Karena Beliau Rosululloh saw Dawuh*_:
انامشدودالأوشاد
" *ANAA MASSHDUUDIL AUSHAAD*"
( *Aku berada ditengah-tengah kalian*)
yaitu antara kita dgn Alloh Swt,Beliau SAW ada ditengah-tengah kita.yang sllu mengidzinkan kita untuk sambung kpd alloh swt,bahasa arabnya:
إستئذنواالرّسول
"istakdzinur-rosuul".
( *meminta izin kpd Rosul Saw*).
🌺 _*maka sabda Beliau Rosululloh saw*_:
اللّٰه المؤتي،وانالقاشم
" *Alloh yg memberi,dan aku yg membagi*".
🎆 Dan Alhamdulillah Tahaddutsi binnikmah..
🍃kita sbg pengamal Sholawat Wahidiyah diberi tuntunan oleh _*Beliau muallif Sholawatul Wahidiyah Mbah Yahi Qs.Wa.Anhu,Beliau Kanjeng Romo Kyai RA*_,untuk selalu membaca Nida' :
*ياسيّدي يارسول اللّٰه*...
_*Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh*_...
🌷 _*Dimanapun,kapanpun,dlm keadaan apapun,untuk selalu minta idzin kpd Beliau Rosululloh saw,untuk disambungkan (di wushulkan) kehadirat Alloh 'Azza Wa Jalla*_.
🌼karena tanpa izin Beliau Saw sia-sialah amal kita dihadapan Alloh swt.
⏩Sehingga kemanapun hati kita tersambung kpd Beliau Rosululloh saw.
✨Apabila hati kita sudah tersambung kpd Beliau Rosululloh saw,maka Alloh akan memberi Kpd Beliau Saw,dan kemudian Beliaulah yg membaginya kpd kita semuanya.
🍀 *Subhaanalloh*..
📖 _*sungguh beruntungnya kita Wahai Saudaraku*_..
🌺Kita sllu dituntun oleh _*Beliau Mbah Yahi*_..
kita sllu dibimbing oleh _*Beliau Kanjeng Romo Yahi Ra*_..
🌷Agar senantiasa *Hati* kita bersama Beliau Rosululloh saw,dgn Selalu Nida':
*YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH*...
💓Apabila kita sudah sllu membaca Nida' dimanapun dan kapanpun..
🌻Maka beliau Rosululloh saw akan sllu _*merindukan kita*_.
🌺Sebagaimana diriwayatkan didlm kitab *Dzurrotun Nashihin*,Beliau Rosululloh saw Bersabda *kpd sahabat"-Nya*:
🎀Abu Bakar apabila ditimbang amal kebaikannya dgn seluruh manusia didunia,maka Dia akan lebih berat Timbangannya,tetapi Timbangan Abu Bakar masih dikalahkan dgn timbangan umat akhir zaman,Wajar...Abu Bakar selalu bersama aku,dekat dgn aku,tetapi umatku diakhir zaman mereka tidak pernah melihatku,tdk pernah bersamaku,tetapi ia selalu merasa bersamaku (merindukanku kapanpun dan dimanapun ia berada).
*Beliau Rosululloh saw juga bersabda*:
اشدّ أمّتي حبّالّي الّذين يتون بال
_*Umatku yg paling cinta kepada-Ku yaitu umat setelah aku dipanggil menghadap Alloh swt*_.
🌺 _*YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH*_..😭😭
🌺Sungguh beruntungnya kita menjadi umatnya di akhir zaman ini..
🌾Yg masih sgt merindukannya..
🍇Yg masih sllu memanggil-manggilnya..
🍃Mari kita jadikan bersama-sama Beliau Saw sllu _*ada didalam hati kita*_...
sllu bersama-sama kita..
dimanapun,kapanpun..
🌻 _*sebagaimana Alloh berfirman didlm Al-Qur'an*_:
واعلموا انّ فيكم رسول اللّٰه..الخ
*Dan ketahuilah,sesungguhnya di dlm dirimu ada Rosululloh saw*.."
👒berkenaan dlm hal itu..
🌾Beliau Saw berdoa didlm *sholat Kusuf/gerhana,memanjatkan Doa kpd Alloh swt*:
ياربّ،الن تعذني ولا تعذّبهم وانا فيهم
🌷Yaa Tuhan kami..bukankah Engkau telah berjanji kpd-ku,Engkau tidak akan menyiksa umatku yg didlm dirinya ada sllu bersamaku".
*Subhanalloh*...
🌷Sungguh Beliau Saw sgt Cinta kpd umat-Nya..
memohonkan agar tidak disiksa nanti sedikitpun apabila didlm dirinya,hatinya masih ada cinta dan nama Beliau Saw.
🎀 *Tetapi ketahuilah*..
🌺 _*Beliau Rosululloh saw juga sllu berdoa*_:
اللهمّ صل من نصلني،واقطع من واقطعني
_*Yaa Alloh,sambungkan orang yg sllu ingat kepada-Ku,dan putuskanlah orang tidak pernah mengingat kepada-Ku*_.
🌺💘 _*Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh*_🌺💘
🌸Semoga kita menjadi orang-orang yg sllu mengingat Beliau Rosululloh saw ...
💠Terpatri di Hati kita mahabbah,syauq kpd Beliau Saw...
🌴Sehingga menjadi Ummat yg dirindukan oleh Beliau Rosululloh saw..
Wa bisyafaa'ati Rosululloh saw..
Wa bibarokati Ghoutsu Haadza Zaman Ra..
*Aamiin Allohumma Aamiin*..
Semoga sllu bermanfaat...
salam Fafirruu Ilallooh Wa Rosuulihi SAW...

Minggu, 31 Maret 2019

Tasyafuan

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1874776359279332&id=100002409571043&sfnsn=mo

Minggu, 16 Maret 2014

Pondok Pesantren Wahidiyah Kedunglo,kediri Jawa Timur

     Assalamualaikum Yaa Sayyidi Yaa Rasululloh. Sedikit memahami ma'rifat billah. Ma'rifat adalah mengenal Allah, baik lewat sifatNYA, asmaNYA maupun perbuatanNYA. Dari akar ma'rifatullah, kemudian akan mempunyai cabang-cabang ma'rifat kepada Rasul, kepada MalaikatNYA, Kitab suciNYA, termasuk mu'jizat, keramat dan kewalian. Sedang puncaknya ma'rifat akan kembali kepada Allah Ta'ala. Dalam ajaran wahidiyah mencapai ma'rifat itu tidak cukup dengan jalan melalui dalil-dalil atau bukan semata didapat melalui akal atau banyaknya amalan, tetapi ma'rifat billah dapat dicapai dengan pertolongan Alloh azza wazalla, disamping berusaha mendapatkannya melalui amal sholeh. Ma'rifat billah ialah mengenal Alloh yang disembah, dimana dengan ' khusyu' seorang hamba dalam sembahyangnya merasa berhadapan dengan Allah dan segala gerak-geriknya hanya Alloh. Monggo kita sholat dengan khusyuk, cari titik yang paling hening dan nikmatilah wajah Tuhan dan berdialoglah dengan DIA yang maha rohman rochim.
Ma’rifat hanya dapat di capai dengan panca indra, akal, rasa, budi sehingga mencapai pada puncaknya yaitu HIDAYAH WAHYU untuk kemudian diwujudkan dalam perilaku.

Kamis, 09 Agustus 2012

Silaturrahim Syauqi Hadiyal Anam: KEUTAMAAN SHALAWAT ATAS RASUULILLAAHI SAW

Silaturrahim Syauqi Hadiyal Anam: KEUTAMAAN SHALAWAT ATAS RASUULILLAAHI SAW: بسم الله الرحمن الرحيم Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam, sholawat dan salam untuk Nabi dan Rasul yang paling mulia, Nabi kita M... Dalam Proses

Minggu, 05 Agustus 2012

PERJUANGAN WAHIDIYAH


PERJUANGAN WAHIDIYAH "Sesungguhnya ada sebagian ilmu yang diibaratkan permata yang terpendam. Tidak dapat mengetahuinya kecuali ulama Billah. Apabila mereka mengungkapkan ilmu tersebut, tidak seorangpun yang membantahnya, kecuali orang-orang yang tidak paham tentang Allah."(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi RA)
Banyak yang belum faham antara perbedaan Ghauts dan Mujadid. Apa tugas-tugasnya, sejak kapan keberadaanya di tengah-tengah umat. Hal ini penting di bahas karena masih banyak kaum Muslimin khususnya Pengamal Wahidiyah yang salah mempresepsikan atau bahkan tidak tahu sama sekali keberadaan Ghauts dan Mujadid di muka bumi. Ini bisa di maklumi mengingat pembahasan tentang Ghautsiyah dan Mujadid tidak banyak beredar di tengah-tengah masyarakat. Kali ini Aham sengaja menurunkan kembali tulisan pembahasan Mujadid dan Ghauts yang di muat pada edisi 17/Ramadhan 1419H/Desember 1998M. hasil wawancara reporter Aham Vety Arova dengan KH. Ahmad Baidhowi (alm). Konon edisi 17 tersebut merupakan edisi terbaik dibanding edisi sebelumnya maupun sedudahnya sebagaimana dawuh beliau Romo KH. Abdul Latif Madjid RA secara sirri kepada H. Indra Sukmana dari Cianjur.
Bisa Yahi jelaskan perbedaan antara Mujadid dan Ghauts?
Menurut arti bahasanya, Mujadid berarti reformis atau pembaharu. Menurut Hadits Rasulullah SAW adalah orang yang di utus oleh Allah SWT pada setiap penghujung 100 tahun untuk memperbaiki (memperbaharui) persoalan agama umat. Mujadid ini datang setelah Rasulullah SAW wafat.
Ghauts secara harfiah berarti penolong. Menurut ulama Tasawuf adalah pemimpin para waliyullah di muka bumi. Tugasnya adalah sebagai penuntun, pembimbing kepada keselamatan dan kebahagiaan yang di ridhoi Allah wa Rasulihi SAW. Istilah Ghauts banyak di bahas dalam dunia tasawuf.
Apakah ada pembagian dalam Mujadid itu?
Ada. Pertama, Mujadid sebelum Rasulullah SAW. Mujadid ini di pegang oleh Rasul Ulul ‘Azmi, yang selanjutnya di sebut Mujadid Tasyri’ (pembawa syariat) yang di dalamnya juga meliputi bidang tahqiq (tasawuf). DI mulai oleh Nabiyullah Nuh AS dan di tutup oleh beliau Sayyidul Anbiya’ wal Mursalin SAW. Adapun Nabi dan Rasul selain Ulul ‘Azmi bertugas meneruskan misi Rasul Ulul ‘Azmi tersebut.
Kedua, Mujadid setelah Rasulullah SAW. Mujadid setelah Rasulullah SAW ini secara garis besar ada dua. Yakni Mujadid Tahqiq dan Mujadid Ghairu Tahqiq atau Tasyri’ (fiqih) disini bukanlah tasyri’ pembawa syariat sebagaiman Rasul Ulul ‘Azmi. Melainkan Mujadid yang bertugas membangun dan mengembalikan syariat Rasulullah SAW sebagaimana mestinya. Sedangkan Mujadid Tahqiq adalah seseorang yang di utus oleh Allah SWT untuk membangun dan menghidupkan kembali ajaran dan tuntunan Rasulullah SAW untuk wushul makrifat kepada Allah SWT. Mujadid Tahqiqi disini adalah pemimpin para waliyullah (Sultanul Auliya’).
Kongkritnya bagaimana?
Begini, Mujadid Tasysri’ di jabat oleh lima Nabi dan Rasul Ulul ‘Azmi (Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad SAW). Jarak antara Ulul ‘Azmi dengan yang lainya kurang lebih 1000 tahun. Para beliau Ulul ‘Azmi ini (Mujadid Tasyri’) membawa syariat sendiri-sendiri. Bila Ulul ‘Azmi ini wafat, maka digantikan oleh yang baru dengan syariat yang lebih sempurna. Adapun para Rasul yang bukan Ulul ‘Azmi bukan Mujadid, bertugas menyampaikan syariatnya Mujadid Tasyri’ sebelumnya. Sebagai contoh, para Rasul yang hidup diantara Nabi Nuh AS dan Nabi Ibrahim AS yaitu Hud AS dan Nabi Shaleh AS. Beliau berdua bertugas menyampaikan syariatnya Nabi Nuh AS. Begitu juga Rasul yang hidup di antara Nabi Ibrahim AS dan Nabi Musa AS, bertugas menyampaikan syariatnya Nabi Ibrahim AS, dan seterusnya. Walau sebagai penerus dan bukan Mujadid Tasyri’, dalam menjalankan tugas-tugas kerasulanya mendasarkan pada wahyu Allah SWT, bukan sekedar taklid atau mengikut.
Bagaimana halnya dengan tugas para nabi sebelum Nabi Nuh AS?
Sebelum Nabi Nuh AS tidak disinggung soal Mujadid. Sebab waktu itu belum ada syariat. Jadi tugas para Nabi seperti Nabi Adam AS, Nabi Syis AS sampai nabi Nuh AS yang berjarak kurang lebih 1000 tahun itu terbatas soal tauhid, memperbaiki cara hidup dan meningkatkan kesejahteraan anak cucunya sampai datangnya Nabi Nuh AS, maka Allah SWT memberikan batasan-batasan antara ibu dan anak-anak, saudara laki-laki dan saudara perempuan, juga mengaktifkan kewajiban-kewajiban, melaksanakan adab-adab beberapa perintah yang disusul dan diikuti para Rasul Ulul ‘Azmi berikutnya hingga syariatnya lebih meningkat dan lebih sempurna (Islam) yang di bawa Sayyidul Anbiya’ wal Mursalin Nabi Muhammad SAW yang syariatnya meliputi syariat para Nabi dan Rasul sebelumnya. (Hasyiyah Showi juz 11 hal 29).
Setelah Rasulullah SAW wafat bukankah syariat agama sudah sempurna, tapi mengapa Allah masih mengangkat Mujadid?
Sebelumnya kan saya jelaskan bahwa Mujadid sepeninggal Rasulullah SAW bukan sebagai Mujadid pembawa syariat, tetapi Mujadid untuk memperbaiki (memperbaharui) syariat Rasulullah SAW yang sudah tidak murni lagi. Nah, Mujadid sepeninggal Rasulullah SAW ini akan muncul setiap penghujung 100 tahun. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:
yang artinya,”Sesungguhnya Allah mengutus seseorang setiap penghujung 100 tahun untuk memperbaiki (memperbaharui) persoalan agama umat.” (HR. Abu Dawud, Al Hikam, Baihaki, dari Abu Hurairah RA/ Sirojut Tholibin I hal 6, Syamsul Ma’arif III hal. 324, Da’watut Taamah hal. 5).
Sehubungan dengan hadits tersebut, pada kalimat yab’atsu, artinya mengutus utusan, beliau Shahibul Wahidiyah Sayyidul Ghauts Sayyid Abdul Madjid Ma’ruf QS wa RA menggaris bawahi dengan dawuhnya:
Yang artinya, ”Yang dimaksud Rasul disini (hadits ini) bukan Rasul pembawa syariat, tapi Rasul untuk menyempurnakan agama umat sehingga mencapai hakikat dan makrifat, sadar billah.” (Yawaqit juz II hal. 8)
Ini menurut tinjauan kacamata tasawuf, yakni Mujadid Tahqiq.
Kalau Mujadid Tasyri’ wafat, penerusnya adalah para Nabi dan Rasul sampai datangnya Mujadid Tasyri’ berikutnya. Lantas siapa penerus Mujadid Tahqiq jika beliau wafat?
Secara ototmatis para Ghauts yang bertugas diantara Mujadid Tahqiq yang meninggal dan Mujadid Tahqiq yang berikutnya. Dengan demikian maka setiap Mujadid pasti Ghauts, tetapi kalau Ghauts belum tentu Mujadid. setiap Ghauts itu pasti Wali dan setiap Walibelum tentu Ghauts. begitu pula para Rasul Ulul ‘Azmi pasti Mujadid Tasyri’, tetapi tidak setiap Nabi dan Rasul itu Mujadid Tasyri’.
Sepeninggal Rasulullah SAW penggantinya adalah para Khulafaur Rasyidin yang sekaligus menjabat sebagai Quthubul Aqthab dan Ghauts di zaman itu. Siapa Ghauts pertama sepeninggal Khulafaur Rasyidin?
Dalam kitab Yawaqit juz II hal. 82 ada keterangan bahwa Ghauts pertama menurut para ulama tasawuf adalah Sayyidina Hasan RA. Setelah beliau wafat di ganti Sayyidina Husein RA. Dalam kurun lain Ghauts fii zamanihi Syekh Abdus Salam bin Masyisy RA. Setelah beliau wafat di ganti oleh Syekh Abul Hasan Asy Syazali RA, diteruskan oleh Syekh Abbul Abbas Al Mursi RA. Begitu seterusnya.
Apakah para Ghauts itu mesti berdomisili di Timur Tengah, di Mekkah misalnya mengingat Ka’bah ada disana?
Dalam kitab-kitab tasawuf tidak ada yang menerangkan bahwa Ghauts itu harus orang Timur Tengah apalagi di Mekkah. Contohnya Syekh Imam Ghazali dari Persia (Iran), Syekh Abdul Qadir Al Jaelani dari Baghdad (Irak).
Bagaimana proses pergantian dari Ghauts yang satu ke Ghauts berikutanya?
Mengenai hal ini Rasulullah SAW bersabda dalam salah satu haditsnya yang artinya kurang lebih:
”Sesungguhnya Allah mempunyai 300 wali di muka bumi ini yang hatinya seperti Nabi Adam AS, 40 wali yang hatinya seperti Nabi Musa AS, 7 wali yang hatinya seperti Nabi Ibrahim AS, 5 wali yang hatinya seperti Malaikat Jibril, 3 wali yang hatinya sebagaimana hati Malaikat Mikail, kemudian 1 wali hatinya seperti Malaikat Isrofil. Apabila wali yang satu itu meninggal dunia, Allah mengganti/mengangkat salah satu dari wali yang lima. Apabila salah satu dari wali yang lima meninggal dunia, Allah mengangkat salah satu wali dari yang tujuh. Apabila salah satu dari wali yang tujuh meninggal dunia, Allah mengganti salah satu dari wali yang empat puluh. Apabila salah satu dari wali yang empat puluh itu meninggal dunia, maka Allah mengangkat salah satu dari wali yang jumlahnya tiga ratus. Dan apabila salah satu dari wali yang tiga ratus meninggal dunia, maka Allah mengangkat salah satu dari sekian manusia beriman yang paling baik dalam segala bidang.” (Tafsir Sirojul Munir: 157, Siraajut Thalibin juz I: 161, Tanwirul Qulub: 414-415, Syawahidul Haq: 197, Al Haawi lilfataawi juz 11: 298 dan buku kuliah wahidiyah: 140)
Hadits di atas kan tidak menyinggung kata-kata Ghauts?
Memang benar, akan tetapi berkenaan dengan hadits diatas, ba’dul ‘arifin (ulama tasawuf) mengatakan:
”Wali atau yang disebut dalam hadits ini ialah Wali Quthub dan dialah Ghauts.” (Syawahidul Haq: 197)
Sehubungan dengan hadits tersebut, Syekh Sya’roni RA menafsirkan:
”Apabila Al Qhutub Al Ghauts meninggal, dalam kekosongan ini Allah mengganti mengangkat Ghauts yang lain.” (Yawaqit juz II: 80).
Beliau juga mengatakan:
”Semua zaman tidak akan sepi dari Rasul dan dialah Al Quthub, dialah tempat melihat Allah Al Haq di alam ini.” Ditegaskan lagi dengan Qaulnya: ”Maka bumi ini tidak akan sepi dari Rasul yang hidup Ruhani dan jasadnya, sedang dialah pusatnya (kegiatan) alam insani untuk menuju hakikat dan makrifat billah.” (Yawaqit juz II: hal 80).
Dari sini jelas dan tegas bila Ghauts meninggal,baik itu mendapat tugas merangkap sebagai Mujadid Tahqiq atau Ghauts penerus, Allah SWT akan mengangkat Ghauts yang lain.
Maksudnya Ghauts penerus?
Ghauts yang bertugas meneruskan amalan dan ajaran Ghauts yang merangkap Mujadid Tahqiq sebelumnya. Mbah KH. Abdul Madjid Ma’roef QS wa RA, Ghauts penerusnya adalah Hadratul Mukarrom Romo KH. Abdul Latif Madjid RA. Dasarnya, banyak diantara pengamal yang di dawuhi oleh Mbah Yahi Mualif Shalawat Wahidiyah QS wa RA yang menyatakan bahwa Romo Yahi Abdul Latif adalah pengganti Mbah Yahi. Antara lain remaja dari Ngawi dan Pak Masykur Sekdes Dadapan Gampengrejo melaui mimpi. Keduanya di dawuhi oleh Mbah Yahi dengan redaksi yang hampir sama, Kowe meluwo anakku Abdul Laif, Pimpinan Umum. Iku sing ono Lillah Billahe. (Kamu ikut anakku Abdul Latif saja, Pimpinan Umum Perjuangan Wahidiyah, itu yang ada Lillah Billahnya). Begitu dawuh Mbah Yahi QS wa RA kepada seorang remaja dari Ngawi.
Sedang untuk Pak Masykur Sekdes Dadapan, ketika dawuh Mbah Yahi sampai pada kata-kata Pimpinan Umum, Pak Masykur menangis sambil nida’ Yaa Sayyidi Yaa Ayyuhal Ghauts berulang-ulang sampai Mbah Yahi menyuruhnya berhenti menangis, seraya beliau dawuh; wis-wis, saiki shalato makmumo kono.” (Sudah-sudah, sekarang kamu shalat dan makmum sana). Pada waktu itu yang menjadi Imam adalah Romo Yahi RA, badanya besar sekali tidak seperti biasanya. Dan masih banyak pengamal lain yang di dawuhi Mbah Yahi dengan redaksi yang berbeda.
Apakah dawuh Mbah Yahi dalam mimpi itu Haq?
Ya, Haq. Al ‘alamah As-Sufairi Al Halabi pengikut Madhzab Syafi’I RA mengatakan dalam Syarah bukhari:
”Sungguh sebagaimana syetan tidak mampu menyerupai Rasulullah SAW, begitu juga ia tidak mampu menyerupai Wali Kamil (Ghauts).” (Tanwirul Qulub: 520)
Apabila ada pengamal yang tidak yakin bahwa Romo Yahi RA adalah Ghauts Penerus, bagaimana metode untuk mengetahui Ghautsu Hadzaz zaman?
Istikharahlah, dengan membaca Al Fatihah 1000x, memperbanyak “Yaa Ayyuhal Ghautsu Salaamullah alaika robbi nii bi-idnillah wandur ilayya sayyidii binadhroh muushilatil lil hadlrotil ‘aliyah” Dan ”Yaa Sayyidi Yaa Ayyuhal Ghauts.” Di perbanyak tiap malam sampai ketemu dengan Ghautsu Hadzazzaman. Dengan catatan jangan sampai di setir oleh nafsu, harus ikhlas dan niat akan mengikutinya. Sebab pada zaman Mbah Yahi QS wa RA ada orang yang bertanya pada beliau:
”Sekarang ini sudah zaman Imam Mahdi apa belum?” Mbah Yahi menjawab: Belum, coba kamu istikharah dengan membaca Al Fatihah 1000x.” Lain hari orang tersebut sowan dan mengatakan: ”Saya ketemu Imam Mahdi, saya diberi tahu bahwa Ghautsnya Panjenengan Yahi.” Tetapi sayang seribu sayang karena tujuanya hanya ingin tahu saja, setelah tahu hanya cukup tahu, tidak taslim, tidak nderek Mah Yahi QS wa RA, tidak menjadi Pengamal Wahidiyah.
Saran untuk Pengamal Wahidiyah?
Di sarankan bagi pengamal yang belum yakin atau tidak yakin bahwa beliau Romo Pengasuh Perjuangan Wahidiyah sebagai Ghauts, agar mencari sampai ketemu, sebagaimana telah dituntunkan